Langsung ke konten utama

Just Like A Sunflower

“Bunga matahari selalu mengikuti kemana arah matahari.”

---
Hujan tadi sore menemani saya menikmati segelas teh hangat dan roti coklat. Akhirnya saya selesai membaca “Morning Light”.  Sebuah buku hadiah ulang tahun dari sahabat saya. Buku, hadiah tepat yang benar-benar saya sukai. Buku ini menyadarkan saya, bahwa kadang kala, kita bersikap layaknya bunga matahari, selalu mengikuti kemana arah matahari.
Setiap orang pasti memiliki panutan dalam hidupnya. Seorang panutan yang benar-benar ia banggakan. Seorang panutan yang ingin ia raih.  Aku mengaguminya, salut padanya setiap waktu, hingga tanpa sadar, berusaha mati-matian untuk menjadi seperti sang matahariku. Berusaha demikian kerasnya, berharap bisa meraihnya.  Melakukan apa yang dia lakukan, menyukai apa yang dia sukai, mengikuti caranya berpikir, begitu terpesona hingga tak sadar hanya mengejar bayang-bayang matahariku. Menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak padanya hingga sadar akan kemampuanku sendiri. Hingga terbersit tanya, Apakah dengan menjadi seperti dia, aku pun akan di cintai?
Ditengah-tengah menulis, saya dikejutkan oleh telepon dari adik saya,Sari. Suara cempreng nya membuat semangat saya meningkat. Di sela-sela tawanya, terdengar suara papa, papa menanyakan kabar saya, saya bilang kalau saya sedang menulis untuk blog yang baru saya buat. Senang sekali rasanya mendengar suara beliau, saya mengagumi beliau, menjadikan beliau panutan, berusaha meraih 2matahari, ayah dan ibu saya, ya secara tidak langsung saya seperti bunga matahari itu. Tiba-tiba adik saya sepertinya ingin berebut bicara dengan saya, saya hanya tertawa, senang sekali mendengar kehangatan keluarga saya. Sari menceritakan banyak hal, bertanya tentang apa saja yang sudah saya lakukan dengan sangat antusias,tiba-tiba terdengar sayup sayup suara papa, “Sani, dik sari sudah bisa mainin lagu yang sani tulis itu pake keyboardnya.” Lagu yang saya tulis? Pasti maksudnya Passion-Ost. Beethoven Virus. Saya tergila-gila dengan lagu itu hingga berusaha menemukan nada-nadanya. Mendengar hal itu, saya tersadar, adik sayapun hampir seperti saya, mengikuti apa yang saya lakukan, menyukai apa yang saya sukai, berusaha meraih apa yang sudah saya raih, rasanya saya jadi seperti memiliki tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik agar saya tidak mengecewakannya. Saya sadar, pasti bukan hanya dia yang pernah lelah mengikuti saya, saya pun kadang lelah dikejar, berusaha agar tidak membuat kesalahan. 
Tiba-tiba saya tersadar dari lamunan saya karena suara tawanya yang khas, sepertinya dia sedang bercanda dengan papa. Ada banyak suara kendaraan yang terdengar, hey, rumah saya kan tidak di pinggir jalan raya, saya tanya dia ada dimana, ternyata sedang di parkiran rumah sakit. Saya kaget, dia bilang, dia dan mama saya sakit. Terdengar suara mama bicara,menanyakan kabar saya, sepertinya beliau sakit karena kelelahan, dan adik saya sakit flu. Tapi saya sama sekali tidak menyadarinya karena suara adik saya yang riang, tidak menunjukkan kalau dia sakit, bangga sekali padanya, dia adik yang tegar dan penuh semangat. Pikiran saya pun kosong, bingung mau menulis apa, dan saya pun tidak berbicara. Sampai akhirnya dia bilang mau menutup teleponnya. Saya hanya bisa bilang iya, dan bodohnya saya lupa bilang cepat sembuh untuk mama dan sari. Cepat-cepat saya meneleponnya, dia tertawa mendengar kekonyolan saya. Sedikit lega rasanya. Cepat sembuh ma, dik sari. Sani sayang semuanya.
Saat menaruh hp di meja, mata saya kembali tertuju pada buku itu, saya membuka halaman-halamannya dan menemukan sebuah puisi karangan Windhy Puspitadewi,,

       Bukan hal yang salah memiliki mimpi
       Bukan hal yang salah mempunyai tujuan
       Tujuan seperti sinar,
       Kesanalah kita berlari,
       Dan untuk itulah kita hidup.
       Tapi sinarnya kadang menyilaukan,
       Membuat kita sulit melihat,
       Sehingga tiba suatu saat kita harus sejenak berhenti
       Untuk menyadari sinar yang ada pada kita sendiri.

Ya, kita selalu berusaha meraihnya, tanpa sadar pada kemampuan yang kita miliki. So, just be your self friends. J


sumber inspirasi : "Morning Light"

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

26 Maret 2011 - Jakarta Earth Hour 2011

Hai, you know what? Malam ini saya gelap-gelapan,gelap gulita,eh nggak gelap-gelap amat sih,kan laptopnya nyala..hehehe karena pemadaman listrik? Bukan. Karena hari raya Nyepi? Jelas bukan,Nyepi kan udah lewat. Hari ini, pukul 20.30-21.30WIB diadakan Jakarta Earth Hour 2011. Kata spanduk yang tadi saya baca di jalan raya,diharapkan masyarakat untuk memadamkan listrik selama 1 jam untuk mengurangi pemakaian listrik. 1 jam? 1 jam aja? Sebenarnya waktu 1 jam menurut saya hanya sebentar aja sih, tapi coba aja kita bayangkan, kalau dalam 1 jam yang notabene merupakan rentang waktu pemakaian listrik terbanyak ini kita bisa mengurangi pemakaian listrik,pasti kita bisa menghemat pasokan listrik yang bisa dipakai untuk disalurkan ke daerah-daerah terpencil. Kan masih banyak saudara-saudara kita yang mungkin saja malam ini sedang belajar dan cuma mengandalkan cahaya lilin. Eh iya,maaf sepertinya saya sudah ngelantur terlalu jauh nih,saya hanya ingin berbagi pelajaran yang saya dapat dari Earthho...

Resolusi 2015 (1)

Resolusi. Setelah membuka kembali postingan lama yang sedikit galau (haha), kini saatnya menjadi sani yang dewasa. Dimulai dari resolusi 2015. Sepertinya semua resolusiku sebaiknya dirahasiakan demi keutuhan bangsa. Kecuali BERAT BADAN !!! Yap yap, waktu kuliah, sudah sukses membuat angka 65 itu menjadi 55. Entah kenapa, sepertinya masa masa santai kemarin membuat semua makanan terasa lebih enak. Timbang timbang pakai timbangan super akurat, didapatkanlah angka 58,9kg !!! *ini syok berat Pantesan yaaa berasa makin berat. Baiklah, ini tidak boleh dibiarkan terjadi lagi, Sani ! Save me please, save meee ! Resolusi 2015 (1) adalah...*drumroll* BERAT BADAN IDEAL SANI 50KG . Astungkaraaa.. Apakah bisa menjadi kenyataan? Nantikan... ;)